Selasa, 17 November 2015

Candi Banyunibo ; Terselip di antara Sawah dan Ladang


Masih dalam rangkaian wisata kurang kerjaan Semarang – Jogja – Semarang sendirian (27/11/2015). Setelah puas menikmati Candi Ijo dan pemandangan sekitar yang gersang di musim kemarau panjang, saya menuruni bukit dan sampailah di tujuan berikutnya yang tak jauh dari Candi Ijo yaitu Candi Banyunibo.

Kata Banyunibo sendiri dalam bahasa Jawa berarti air jatuh / menetes.
Secara administratif, Candi Banyunibo berada di Dusun Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Letaknya pun tidak jauh dari Kompleks Ratu Boko.
Untuk mengunjungi Candi Banyunibo, tidaklah sulit. Dari Candi Prambanan ke arah barat sampai di pertigaan ambil kiri / ke selatan menuju Jl. Raya Piyungan. Sekitar kurang lebih 3 km sampai di pertigaan arah Ratu Boko, belok kiri. Lurus saja ke timur hingga perempatan pertama (ke kiri arah Ratu Boko, ke kanan arah Candi Ijo) masih lurus ke arah Candi Banyunibo. Di perempatan berikutnya belok kanan (sudah ada petunjuk menuju candi kok).


Candi Banyunibo dibangun di dataran yang dikelilingi oleh perbukitan di sebelah utara, timur, dan selatan. Dengan sekelilingnya berupa sawah dan ladang penduduk, Candi ini terlihat sunyi dan sepi ketika saya mengunjunginya di pagi hari. Padahal waktu itu hari Minggu dan hanya saya pengunjung satu-satunya.
Setelah mengisi buku tamu dan membayar tiket masuk sebesar Rp 2.000,- untuk dewasa, saya mulai berkeliling di area yang cukup luas itu.


Candi Banyunibo terdiri dari 1 buah bangunan induk yang menghadap ke barat dan 6 buah candi perwara yang terdiri dari 3 buah perwara di sisi selatan serta 3 buah perwara di sisi timur. Sayangnya, hanya candi induk saja yang berdiri kokoh, sisanya masih berupa reruntuhan.




Tubuh candi berbadan tambun dan bagian atas bangunan induk terdapat stupa. Hal tersebut menunjukkan Candi Banyunibo berlatar belakang agama Budha.
Candi Banyunibo mempunyai ukuran 15,325 x 14,25 m dengan tinggi 14,25 m, tinggi kaki candi 2,5 m yang masing-masing sudutnya terdapat Jaladwara yang berfungsi sebagai saluran air hujan. Tubuh candi yang lebih kecil daripada kakinya, membuat terbentuknya selasar yang bisa digunakan untuk mengelilingi tubuh candi. Cukup banyak ornament yang menjadi hiasan pada dinding candi.



Di dalam tubuh candi terdapat bilik berukuran 6,875 x 4,5 m tetapi tidak ada arca satu pun. Dengan adanya 8 buah jendela membuat bilik candi cukup terang dan tidak terkesan pengap.

DI dalam bilik candi | kanan kirinya ada jendela

Beberapa relief yang ditemukan di Candi Banyunibo antara lain pada dinding candi penampil sebelah kanan terdapat relief seorang wanita yang dikerumuni anak-anak. Tokoh wanita itu disebut Dewi Hariti, dalam agama Budha dianggap sebagai Dewi kesuburan. Sedangkan pada sebelah kiri menggambarkan seorang pria dalam posisi duduk. Relief tersebut adalah Vaisravana (suaminya).





Candi ini ditemukan dalam keadaan runtuh pada tahun 1940. Kemudian dilakukan penelitian, penyusunan kembali, dan selesai dipugar pada tahun 1978.

Di Candi Banyunibo juga terdapat taman yang tidak terlalu luas, untuk bersantai-santai sambil menikmati bangunan Candi. Sayangnya, di sini benar-benar sepi hingga saya akan pulang pun tidak ada seorangpun pengunjung yang datang.

Masih jam 10.00 pagi. Masih sisa banyak waktu sebelum kembali ke tanah kelahiran. Tujuan selanjutnya yaitu Candi Barong. Meskipun Candi Barong hanya di sebelah  timur Candi Banyunibo, saya lebih memilih jalan memutar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih dan selamat datang kembali :)