Kamis, 14 Januari 2016

Museum Ranggawarsita Semarang - Part 3


Baru kali ini lho saya bikin 3 posting tentang 1 tempat. Jarang-jarang kan? Tempat ini saya sebut spesial, karena merupakan sebuah museum paling luas dengan koleksi paling banyak di Kota Semarang, kota kelahiran sekaligus tempat tinggal saya. Nggak banyak juga sih museum di Kota Semarang, selain Museum Ranggawarsita, adapun museum-museum lain seperti Museum Perjuangan Mandala Bhakti, Museum Jamu Nyonya Meneer, dan Museum Rekor Indonesia (MURI).

Sebelum baca-baca part terakhir kali ini, alangkah afdhol-nya dibuka-buka dulu part sebelumnya. Silakan…
Museum Ranggawarsita Part 1
Museum Ranggawarsita Part 2

Males buka? Hemat kuota? Mau langsung baca part terakhirnya aja? Boleh.

Perlu diketahui, bahwa di Museum Ranggawarsita mempunyai 4 gedung koleksi tetap yang keseluruhan terdapat masing-masing 2 lantai (kecuali gedung A yang entah kenapa ditutup lantai 2 nya). Tetapi, untuk menyusuri gedung demi gedung, pengunjung tidak harus keluar-masuk melalui pintu tiap-tiap gedung. Di lantai 1 bahkan lantai 2, semua gedung terhubung.

Gedung D lantai 2

Menampilkan aneka macam koleksi benda dan peralatan kesenian.
Di Kota Semarang, menjelang bulan Ramadhan selalu diadakan suatu tradisi yang disebut dugderan.  Dalam acara dugderan tak pernah luput oleh adanya warak, aneka mainan masak-masakan dari gerabah, dan celengan dari tanah liat. Koleksi-koleksi tersebut juga ada di ruangan ini.

Masih bicara tentang Kota Semarang, ada sebuah benda bernama gamelan pakurmatan, fungsinya untuk mengiringi ‘pawiwahan’ (pertemuan) menyambut tamu agung di pendopo kanjengan oleh Bupati-bupati Semarang tempo dulu.


Kesenian lain adalah pertunjukan wayang. Wayang sendiri terbagi lagi menjadi berbagai macam nama / jenisnya sesuai dengan bahan dan fungsinya. Salah satu contohnya yaitu wayang kulit yang mendapat penghargaan UNESCO sebagai warisan dunia The Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity 7 November 2003.
Koleksi wayang-wayang di sini hampir mirip juga dengan yang ada di ruang wayang Museum Sonobudoyo Yogyakarta.


Di ujung dekat tangga turun ke gedung D lantai 1, terdapat sebuah kesenian yang menarik perhatian. Antara serem dan mistis. Seperti kesenian barongan, reog, atau apalah namanya. Sayangnya tidak ada keterangan di sana.


Di sebelahnya ada koleksi bernama Nini Thowok. Nini thowok merupakan seni hiburan yang bersifat magis karena berhubungan dengan kekuatan supranatural. Cara menggunakannya yaitu dengan sesaji dan mantra tertentu. Antara percaya dan nggak percaya sih…
Kalau di Museum Tani Jawa di Bantul, Yogyakarta, juga mengenal benda ini tetapi namanya Nini Thowong. Mungkin sejenis.


Gedung D lantai 1

Salah satu koleksi di ruang ini yaitu koleksi numismatik dan heraldik.
Koleksi numismatik yaitu berupa benda-benda seperti koin, uang kertas, dan token yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat. Koleksi numismatik sebagian besar berasal dari masa kerajaan-kerajaan Indonesia kuna, masa kolonial, hingga masa kemerdekaan Indonesia. 
Sedangkan koleksi heraldik yaitu lambang-lambang seperti medali / tanda jasa, cap / stempel.


Selain itu juga terdapat koleksi hibah. Sepeda pos yang ada tempat keranjang yang berfungsi untuk mengantarkan paket atau benda-benda pos. Sepeda pos ini adalah hibah dari PT. POS Indonesia, 19-7-2000.


Koleksi hibah yang sepertinya rumit adalah relief Ramayana yang diukir pada kayu jati. Menceritakan adegan Ramayana yaitu saat Sinta mengejar Kijang Kencana Emas di hutan kemudian diculik Rahwana dibawa ke negeri Alengkadiraja dan dihalangi burung garuda.

Adapun beberapa senjata dari beberapa daerah seperti keris dengan beraneka bentuk, kapak Mentawai, badik dari Banten, gobang / golok dari DKI Jakarta, kapak Irian, dan lain-lain.


Persis di depan pintu masuk ada miniatur Menara Masjid Kudus. Menara ini satu komplek dengan Masjid Kudus di Desa Kauman Kabupaten Kudus. Kalian sudah pernah ke sana belum? Saya kok belum pernah ya? :D


Di belakangnya ada beberapa koleksi pakaian pengantin dari berbagai daerah seperti Semarangan, Kudus, dan lain-lain. Hayooo, kamu sudah nikah belum?


Dan ruangan terakhir yaitu…

Ruang Emas

Ruang pameran tetap koleksi emas baru diresmikan pada hari Senin tanggal 14 Oktober 1996.
Bangsa-bangsa di Asia mengenal emas sejak 3.000 tahun SM. Pemakaian perhiasan memiliki tujuan bermacam-macam mulai dari simbol religious; untuk melengkapi pakaian adat dalam upacara keagamaan, memberi kekuatan magis, hingga semata-mata berfungsi praktis; sebagai simbol status sosial, penampilan, dan kewibawaan.



Akhirnya selesai sudah perjuangan panjang keliling Museum Ranggawarsita serta mengulasnya dalam bentuk blog. Saya kasih tahu ya, tulisan ini nggak lengkap, alias masih banyak banget koleksi-koleksi di Museum Ranggawarsita yang memang sengaja nggak dicantumkan. Kalau kalian penasaran lebih baik kunjungi langsung museumnya.

Nggak ada salahnya kan jalan-jalan ke museum? Selain murah meriah, juga bisa menambah wawasan. Masa’ kalah sama anak-anak SD yang semangat berkunjung ke museum? (Iya, anak-anak SD yang didampingi gurunya).

Ayo ke museum!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih dan selamat datang kembali :)